Tips

Orang Eropa Zaman Dulu Kerap Memakai Obat Berbahan Mayit Manusia

Kanibalisme yaitu praktik memakan penggalan badan dari makhluk sesama jenisnya. Jika kita mendengar kanibalisme pada manusia, maka umumnya kita akan pribadi membayangkan praktik yang dilakukan oleh suku-suku kurang akil dan gila perang. Namun tahukah anda kalau kanibalisme sempat banyak dipakai sebagai metode penyembuhan penyakit oleh orang-orang Eropa hingga simpulan era ke-19?

Richard Baxter yaitu seorang laki-laki asal Inggris yang hidup pada era ke-17. Suatu hari, laki-laki yang sehari-harinya berprofesi sebagai penulis tersebut menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh. Setiap kali ia batuk, batuknya bakal mengeluarkan darah. Rasa sakit kerap terasa dari penggalan perut dan persendiannya. Ia juga kerap menderita sakit kepala yang mengganggu pekerjaannya.

 Kanibalisme yaitu praktik memakan penggalan badan dari makhluk sesama jenisnya Orang Eropa Zaman Dulu Kerap Menggunakan Obat Berbahan Mayat Manusia
Kuliah anatomi era ke-16 di London
Baxter sudah mencoba semua obat yang sanggup ia dapatkan, namun tidak ada yang sanggup menyembuhkan penyakitnya. Merasa tidak punya pilihan lagi, Baxter pun kemudian mencoba meminum obat yang terbuat dari organ badan manusia. Kendati terlihat mengerikan, ternyata Baxter tidak sendirian. Meminum obat yang dibentuk dari bagian-bagian badan jenazah insan merupakan praktik yang cukup lumrah dilakukan di Eropa pada Abad Pertengahan.

Praktik meminum obat yang terbuat dari penggalan badan insan diketahui sudah dikenal semenjak di Eropa pada era pertama sehabis Masehi. Sahabat anehdidunia.com ketika seseorang terkena penyakit tertentu, maka dokter kadang kala akan menyarankan orang tersebut semoga meminum darah dari gladiator yang gres meninggal.

Meskipun sudah dikenal dari masa Romawi Kuno, gres semenjak era ke-12, praktik ini mulai berlangsung secara luas di seantero Eropa. Seiring perkembangan zaman dan kian majunya ilmu pengetahuan, praktik menggunakan penggalan badan insan sebagai materi obat secara berangsur-angsur ditinggalkan pada simpulan era ke-19.

Dari Manusia untuk Manusia

 Kanibalisme yaitu praktik memakan penggalan badan dari makhluk sesama jenisnya Orang Eropa Zaman Dulu Kerap Menggunakan Obat Berbahan Mayat Manusia
Paracelsus
Menurut Richard Sugg yang pernah menulis buku mengenai praktik menggunakan penggalan badan insan sebagai materi obat, suburnya praktik pengobatan berbasis kanibalisme tidak lepas dari keyakinan orang-orang pada masa itu. Menurut mereka, untuk menyembuhkan gangguan yang menimpa pada penggalan badan tertentu, maka orang tersebut harus mengkonsumsi obat yang terbuat dari penggalan badan insan juga.

Keyakinan itu sendiri pertama kali dicetuskan oleh Paracelsus, seorang dokter yang pernah hidup di Swiss pada era ke-16. Teori yang dicetuskan oleh Paracelsus tersebut kemudian dijadikan patokan oleh para dokter dan peramu obat lain pada masa itu. Mereka beramai-ramai menciptakan obat dengan organ-organ badan insan sebagai materi bakunya.

Untuk menyembuhkan rambut rontok dan kebotakan misalnya, dokter akan menciptakan obat yang terbuat dari rambut dan disajikan dalam wujud ramuan atau bubuk. Sementara pendarahan disembuhkan dengan menggunakan lumut yang tumbuh pada tengkorak manusia. Kalau untuk mereka yang menderita gangguan penglihatan jawaban penuaan, maka orang tersebut akan diminta mengoleskan gabungan debu yang terbuat dari tinja insan (huek!) pada penggalan matanya.

Dalam perkembangannya, bukan hanya golongan rakyat biasa yang tertarik akan metode pengobatan ini. Kalangan raja darah biru pun juga mengatakan minatnya. Sahabat anehdidunia.com Raja Charles II yang bertahta di Inggris pada tahun 1660–1685 yaitu salah satu di antaranya. Ia diketahui sangat gemar meminum ramuan obat yang terbuat dari tengkorak manusia. Saking populernya, ramuan tersebut hingga dikenal dengan nama “Tetesan Raja” (King’s Drops).

Metode pembuatan ramuan Tetesan Raja sendiri tergolong sederhana. Mula-mula, pembuat ramuan akan menyiapkan tengkorak manusian dan kemudian menumbuknya hingga halus menyerupai bubuk. Sesudah itu, debu tulang tadi dicampurkan dengan alkohol dan sudah siap untuk diminum.

Saat Charles sekarat di ranjangnya, dokter diketahui turut menyiapkan Tetesan Raja beserta ramuan obat lainnya untuk menyelamatkan nyawa raja. Namun perjuangan tersebut berakhir sia-sia sebab Charles pada jadinya harus meninggal dunia.

Meskipun begitu, popularitas ramuan obat Tetesan Raja tetap tidak surut. Hingga era ke-18, ramuan ini tetap banyak dibentuk untuk mengobati penyakit gangguan syaraf dan disentri (sejenis penyakit menyerupai diare yang disertai dengan darah). Ada juga yang mencampurkan Tetesan Raja dengan cokelat serta dedaunan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit menyerupai epilepsi, pendarahan, hingga mencegah kematian.

Dibuat dari Mumi

 Kanibalisme yaitu praktik memakan penggalan badan dari makhluk sesama jenisnya Orang Eropa Zaman Dulu Kerap Menggunakan Obat Berbahan Mayat Manusia

Tetesan Raja hanyalah satu dari sekian banyak obat berbahan baku penggalan badan insan yang pernah dibentuk di Eropa. Kendati obat-obat tersebut semuanya menggunakan penggalan badan jenazah sebagai materi bakunya, tidak sembarang jenazah sanggup dipakai sebagai materi baku. Pada awalnya, jasad mumi yang dijarah dan diimpor dari Mesir menjadi materi baku pembuatan obat.

Namun sebab mumi Mesir sendiri jumlahnya terbatas, mereka pun beralih menggunakan jenazah dari wilayahnya masing-masing. Karena membedah badan jenazah dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap jenazah yang bersangkutan, hanya jenazah dari tahanan korban sanksi mati dan orang-orang miskin yang organ-organnya diambil supaya sanggup diolah menjadi obat.

Di Inggris, Pulau Irlandia menjadi sumber utama jenazah yang dimaksud. Selain dipakai di Inggris, tengkorak dari jenazah orang-orang Irlandia juga diekspor hingga ke Jerman. Ada juga perkara di mana jenazah korban perang dimanfaatkan menjadi materi pembuat obat. Sahabat anehdidunia.com dari sekian banyak penggalan badan yang dipakai untuk materi obat, tengkorak yang diolah menjadi debu merupakan obat berbahan insan yang paling banyak dicari di Inggris pada awal era modern.

Supaya jenazah yang didapatnya tidak membusuk secara sia-sia, para dokter selalu mengusahakan semoga setiap penggalan badan dari jenazah sanggup dimanfaatkan menjadi obat. Kuku, tengkotak, dan jantung yang sudah dikeringkan dipercaya sanggup menyembuhkan epilepsi. Lemak badan yang sudah dicampurkan dengan kayu bagus sanggup dipakai sebagai obat rabies.

Darah yang diambil dari korban sanksi sempurna sehabis kematiannya diyakini mengandung kekuatan penyembuhan yang besar. Air yang berasal dari peti mati konon sanggup dipakai untuk menyembuhkan bisul. Sementara air yang dipakai untuk memandikan jenazah konon sanggup menjaga kesehatan kalau sering-sering dikonsumsi.

Johann Schroeder – dokter asal Jerman yang hidup di era ke-17 – dalam tulisannya menjelaskan bagaimana cara menyiapkan jenazah supaya sanggup dipakai sebagai materi obat atau dijual lagi kepada yang membutuhkan. Menurut penjelasannya, jenazah yang hendak disiapkan idealnya yaitu jenazah seorang laki-laki berambut merah, berusia sekitar 24 tahun, dan meninggal jawaban kecelakaan atau sanksi mati. Pasalnya berdasarkan Schroeder, orang macam itu kualitas daging dan organnya lebih baik.

Jika mayatnya sudah didapat, jenazah tersebut selanjutnya harus dijemur seharian penuh. Sesudah itu, mayatnya akan dipotong-potong dan disiram menggunakan ramuan yang terbuat dari myrrh (sejenis kemenyan yang banyak dipakai di Eropa) serta daun tanaman aloe.

Sesudah itu, potongan jenazah tersebut harus direndam dalam cairan anggur selama beberapa hari, dijemur selama 10 jam, direndam lagi ke dalam ramuan anggur, dan kemudian dijemur lagi hingga mengering. Schroeder menjelaskan bahwa dengan menggunakan metode penyiapan macam ini, potongan jenazah tersebut tidak akan terasa bacin ketika disimpan.

Praktik pengobatan berbasis kanibalisme mulai ditinggalkan semenjak permulaan era ke-20 seiring dengan kian majunya pemahaman akan konsep penyakit dan badan manusia. Di masa kini, praktik menggunakan obat yang bahannya berasal dari penggalan badan insan memang sudah nyaris tidak sanggup ditemukan lagi. Meskipun begitu, konsep menggunakan penggalan badan insan sebagai penggalan dari metode penyembuhan masih tetap sanggup ditemukan di masa kini.

Contoh paling gampang mengenai praktik tersebut yaitu praktik donor darah supaya darah tersebut nantinya sanggup disalurkan kepada orang lain yang membutuhkan. Contoh lainnya, orang yang sudah meninggal akan menyumbangkan organ-organ tubuhnya menyerupai hati, ginjal, hingga mata supaya sanggup dipakai oleh orang lain yang organ tubuhnya sudah tidak sanggup lagi berfungsi secara normal.

Sumber :
https://www.atlasobscura.com/articles/corpse-medicine

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel