Aneh, Darah Pasien Ini Berwarna Putih Menyerupai Susu
Darah normalnya berwarna merah. Saking terkenalnya warna merah yang dimiliki oleh darah, muncullah istilah warna merah darah untuk menyebut warna merah dengan tingkat kecerahan tertentu. Warna merah yang dimiliki oleh darah sendiri berasal dari zat hemoglobin yang dimiliki oleh sel darah merah, sel darah yang jumlahnya paling banyak.
Hemoglobin merupakan komponen yang amat vital bagi sel darah merah dan bahkan bagi badan insan secara keseluruhan. Pasalnya kalau sel darah merah hingga tidak mempunyai hemoglobin, maka sel darah yang bersangkutan tidak akan sanggup mengikat oksigen dan mengedarkannya ke jaringan tubuh. Jika jaringan badan hingga tidak mendapatkan pasokan oksigen, maka jaringan badan tersebut akan mati.
Darah berwarna putih via livescience.com |
Namun kasus gila ditemukan pada laki-laki ini. Pasalnya bukannya berwarna merah layaknya darah orang normal, darah orang tersebut justru berwarna keputihan layaknya susu. Bagaimana bisa? Apakah warna putih tersebut muncul alasannya ialah jumlah sel darah putihnya terlalu banyak?
Ternyata bukan itu penyebabnya. Menurut laporan Live Science, laki-laki ini mempunyai darah berwarna demikian jawaban terlalu banyaknya kandungan lemak yang ada dalam darahnya. Saking banyaknya lemak yang menumpuk di dalam pembuluh darahnya, dokter yang menanganinya harus melukai laki-laki ini secara sengaja dan mengalirkan keluar darahnya supaya nyawa laki-laki tersebut sanggup diselamatkan.
Kasus ini sendiri bermula ketika seorang laki-laki Jerman berusia 39 tahun (tanpa nama) dibawa ke ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Cologne jawaban menderita muntah-muntah, sakit kepala, dan menurunnya kesadaran. Pria tersebut diketahui menderita diabetes dan sudah mendapatkan majemuk obat, namun ia justri tidak meminum obat-obatan yang diberikan secara teratur.
Saat laki-laki tadi sudah datang di rumah sakit, laki-laki yang bersangkutan dilaporkan sudah kehilangan kesadaran. Untuk mencegah kondisinya memburuk, petugas rumah sakit pun kemudian memasangkan alat bantu pernapasan kepadanya.
Saat sampel darah laki-laki tersebut dites, ditemukanlah hal yang sungguh mengejutkan. Kadar senyawa lemak trigliserida di dalam darahnya ternyata berjumlah luar biasa tinggi. Berdasarkan standar medis yang diakui oleh Institut Kesehatan Nasional (NHI), kadar trigliserida dianggap normal kalau kadarnya hanya sekitar 150 miligram per desiliter (mg/dL).
Jika kadar trigliserida di dalam darah sudah mencapai 500 mg/dL, maka kadar tersebut sudah tergolong amat tinggi. Namun kadar trigliserida yang dalam darah laki-laki tersebut belasan ribu kali lebih tinggi alasannya ialah kadar trigliserida miliknya mencapai 14.000 mg/dL. Saking tingginya kadar trigliserida miliknya, darah laki-laki tersebut sudah terlihat berwarna keputihan layaknya air susu.
Tingginya kadar trigliserida dalam darah tidak sanggup dipandang remeh. Pasalnya kadar trigliserida dalam jumlah setinggi itu sanggup menjadikan dampak samping yang berbahaya semisal radang pankreas. Dan memang itulah yang terjadi. Saat badan laki-laki tersebut diperiksa, enzim pankreas laki-laki tersebut diketahui berada dalam jumlah yang tinggi. Sebuah membuktikan kalau penimbunan lemak pada darahnya sudah mulai berdampak pribadi pada organ pankreasnya sendiri.
Namun kabar jelek yang menimpa laki-laki tersebut masih belum berhenti hingga di sana. Hasil tes kesehatan juga menawarkan kalau laki-laki yang bersangkutan tengah menderita diabetic ketoacidosis, sebuah tahapan komplikasi diabetes yang tercipta ketika badan merombak lemak dalam jumlah besar. Dampak dari komplikasi ini ialah menumpuknya senyawa lemak dalam fatwa darah.
Ketoacidosis sendiri terjadi alasannya ialah badan tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup. Insulin ialah hormon dari organ pankreas yang berperan dalam membantu mengalirkan senyawa gula atau glukosa ke dalam sel-sel badan supaya glukosa tersebut sanggup dimanfaatkan oleh sel untuk bermetabolisme. Jika sel tidak mendapatkan glukosa sebagai materi bakarnya, sel akan memakai cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh.
Jika seorang pasien mempunyai kadar lemak trigliserid yang amat tinggi dalam darahnya, maka dokter biasanya akan memakai mesin khusus untuk menyaring lemak keluar dari darah. Suatu proses yang dikenal dengan istilah plasmaferesis.
Hal itulah yang awalnya dilakukan dokter ketika menangani laki-laki asal Jerman ini. Namun di luar dugaan, mesin yang dipakai untuk menyaring lemak malah mengalami penyumbatan saking banyaknya kandungan senyawa lemak dalam darah pasien. Saat dokter mencoba kembali melaksanakan plasmaferesis, mesin yang dipakai lagi-lagi mengalami penyumbatan.
bloodletting pengeluaran darah secara paksa via endocrinologyadvisor.com |
Gagal memakai metode biasa, dokter pun lantas beralih ke metode pengeluaran darah secara paksa (bloodletting). Untuk melakukannya, dokter menghisap darah dari sang pasien sembari mengalirkan darah dari donor ke dalam badan pasien. Dengan cara ini, senyawa lemak dalam fatwa darah pasien sanggup dikurangi tanpa membuatnya mengalami anemia (kekurangan sel darah merah).
Proses pengeluaran darah ini sendiri tidak dilakukan secara terus menerus. Begitu dokter mendeteksi kalau kadar lemak dalam darah sang pasien sudah menurun, dokter kembali beralih ke metode plasmaferesis untuk menyaring sisa-sisa lemak yang menumpuk dalam darahnya. Lima hari kemudian, pasien tersebut sudah tidak perlu lagi memakai alat bantu pernapasan dan tidak menawarkan gejala-gejala gangguan fungsi syaraf.
Kepada wartawan Live Science, dokter Philipp Koehler dan Matthias Kochanek yang menangani pasien ini mengaku kalau mereka belum pernah melihat kasus ibarat ini sebelumnya. Mereka lantas beropini bahwa kalau metode plasmaferesis tidak sanggup dilakukan jawaban terlalu banyaknya lemak yang menumpuk dalam darah, maka metode alternatif ibarat pengeluaran darah secara paksa sanggup dilakukan.
Mengenai kenapa kadar lemak yang ada dalam darah sang pasien sanggup begitu tinggi, keduanya beropini bahwa hal tersebut terjadi sebagai jawaban dari penolakan insulin oleh tubuh, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, dan penyakit diabetes yang tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Koehler dan Kochanek menambahkan bahwa tingginya kadar lemak trigliserida menandakan kalau badan orang yang bersangkutan berada dalam kondisi kekurangan insulin. Hasil tes juga menawarkan kalau pasien yang mereka tangani mempunyai kondisi bawaan yang menyebabkannya mempunyai peluang lebih tinggi untuk menderita kelebihan kadar lemak trigliserida.
Hal lain yang menjadi sumber kekhawatiran mengenai upaya penyembuhan sang pasien ialah salah satu obat yang dikonsumsinya ternyata ialah obat yang mengandung SGLT2. Kendati obat ini membantu menekan tanda-tanda diabetes, obat yang sama justru juga bepeluang meningkatkan resiko serangan ketoasidosis.
Di daerah lain, Guy Mintz selaku pakar lemak dan kesehatan jantung asal New York memuji tindakan Koehler dan Kochanek yang berani berpikir serta bertindak inovatif ketika pasien yang mereka tangani berada dalam kondisi kritis. Pasalnya bukan hal yang gampang bagi dokter untuk memakai metode pengobatan yang belum teruji sebelumnya. Karena kalau kemudian timbul hal-hal yang ada di luar perkiraan, dampaknya bagi nyawa pasien sanggup fatal.
“Saya memuji para dokter atas kemauan mereka berpikir di luar hal-hal yang baku,” kata Mintz. Ia juga menambahkan bahwa dengan melihat keberhasilan metode alternatif yang dipakai oleh Koehler dan Kochanek, dokter-dokter lain sanggup memakai kasus ini sebagai rujukan sekaligus rujukan kalau suatu hari nanti mereka dihadapkan dengan kondisi serupa.
Sahabat anehdidunia.com jagalah kesehatan anda mulai dari sekarang. Sangat banyak penyakit yang mengintai kita. Kami doakan biar pengunjung anehdidunia.com selalu diberikan kesehatan.
Sahabat anehdidunia.com jagalah kesehatan anda mulai dari sekarang. Sangat banyak penyakit yang mengintai kita. Kami doakan biar pengunjung anehdidunia.com selalu diberikan kesehatan.
Sumber :
https://www.livescience.com/64853-high-triglycerides-bloodletting.html