Tips

Ritual Pengorbanan Anjing Dikubur Hidup-Hidup Dinasti Shang

Anjing kerap dianggap sebagai binatang sahabat manusia. Pasalnya anjing yang sudah usang tinggal bersama dengan insan bakal mengatakan perilaku yang amat dekat dengan insan tersebut. Bukan hanya itu, anjing juga mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan indra penciuman yang tajam. Oleh alasannya itulah, anjing kerap dilatih oleh insan untuk membantu menjaga keamanan dan bahkan membantu memecahkan perkara kejahatan.

Anjing bukan hanya dimanfaatkan oleh insan dalam kondisi hidup. Di sejumlah tempat, anjing dimanfaatkan oleh insan untuk dimakan dagingnya. Kalau kita mundur sampai ke masa ribuan tahun yang lalu, anjing dibunuh dalam jumlah besar untuk keperluan ritual. Bukan hanya anjing yang sudah dewasa, bahkan anjing yang masih berusia belum dewasa pun juga ikut dikorbankan.

 Anjing kerap dianggap sebagai binatang sahabat insan Ritual Pengorbanan Anjing Dikubur Hidup-Hidup Dinasti Shang

Dinasti Shang yaitu teladan dari peradaban yang diketahui mempraktikkan ritual pengorbanan anjing. Sebelum kita membahas mengenai ritualnya, ada baiknya kita membahas sedikit soal Dinasti Shang. 

Dinasti Shang merupakan salah satu peradaban tertua di Asia alasannya dinasti ini diketahui pernah bangun di Cina pada tahun 1600 sampai 1046 Sebelum Masehi (SM). Keberadaan Dinasti Shang diketahui dari banyaknya peninggalan berusia ribuan tahun yang ditemukan di sekitar Sungai Huang Ho.

Contoh dari peninggalan tersebut yaitu liang yang dulunya dipakai untuk keperluan ritual, serta tulang belulang binatang yang menjadi korban ritual. Banyak dari anjing yang menjadi korban ritual ini ditemukan bersebelahan dengan manusia. 

Usut punya usut, pengorbanan anjing ini ternyata ada hubungannya dengan kepercayaan yang dianut oleh penduduk Shang. Sahabat anehdidunia.com berdasarkan kepercayaan mereka, bila seekor anjing dibunuh dan bangkainya ditaruh sempurna di sebelah majikannya, maka anjing tersebut nantinya akan menemani sang majikan di alam setelah kematian.

Hal tersebut lantas menarik perhatian Roderick Campbell untuk melaksanakan penelitian lebih jauh terkait hal ini. Sayang, upayanya untuk melaksanakan penelitian mengenai lokasi-lokasi ritual pengorbanan di Cina terkendala oleh statusnya sebagai ilmuwan luar Cina. Pasalnya pemerintah Cina cenderung mempersulit upaya peneliti asing yang hendak melaksanakan penggalian di wilayah Cina.

Namun Campbell tidak patah arang. Dengan dibantu oleh koleganya Zhipeng Li yang berasal dari Akademi Sains Sosial Cina, ilmuwan asal Universitas New York tersebut kemudian melaksanakan penelitian dengan menggunakan hasil-hasil penelitian dan inovasi dari para ilmuwan terdahulu sebagai patokan utamanya.

Dari penelusuran itulah, Campbell berhasil menemukan fakta gres yang menarik. Ia menemukan kalau berdasarkan peninggalan yang ditemukan di dekat kota Anyang, anjing-anjing yang dikorbankan oleh penduduk di periode Dinasti Shang ternyata banyak yang usianya masih anak-anak. 

Masih belum diketahui secara niscaya bagaimana belum dewasa anjing tersebut dibunuh jawaban minimnya jejak kekerasan yang ditemukan pada fosil. Namun diperkirakan belum dewasa anjing tersebut dibunuh dengan cara ditenggelamkan, dicekek, atau digorok di bab lehernya. 

Sekedar informasi, kalangan ilmuwan sudah usang mengetahui kalau penduduk di periode Dinasti Shang mempunyai kebiasaan mengorbankan anjing dan menaruh bangkainya di samping mayit bekas majikan. Namun sebelum penelitian yang dilakukan oleh Campbell ini, mereka menduga kalau anjing-anjing yang dikorbankan hanyalah anjing yang sudah cukup umur supaya anjingnya sanggup bertindak sebagai pelindung majikannya di alam baka.

Temuan Campbell tersebut lantas memunculkan pertanyaan baru. Mengapa ada anak anjing yang ikut dijadikan korban persembahan? Apakah tujuan pengorbanannya sama dengan anjing dewasa?  Dan apakah rakyat di masa Dinasti Shang sama sekali tidak merasa kasihan dikala harus mengorbankan anak anjing yang notabene masih kecil dan terlihat menggemaskan?

“Kendati membunuh anak anjing dan menaruhnya dalam liang kubur terdengar sebagai hal yang kejam, (temuan) ini bahwasanya sanggup menjadi jendela bagi kita untuk memahami rumitnya kekerabatan insan dengan hewan,” terang Campbell. Ia juga menambahkan kalau masyarakat Dinasti Shang mempunyai standar yang berbeda dalam memandang anak anjing.

Campbell kemudian menjelaskan bahwa berdasarkan analisa pada sejumlah tulang belulang anjing yang ditemukan, sebagian di antara anjing tersebut ada yang gres berusia kurang dari 1 tahun. Campbell pun kemudian mengajukan sejumlah pendapat mengenai kenapa belum dewasa anjing tersebut dibunuh dan dijadikan korban persembahan.

 Anjing kerap dianggap sebagai binatang sahabat insan Ritual Pengorbanan Anjing Dikubur Hidup-Hidup Dinasti Shang

Menurut pendapat pertamanya, anak anjing mungkin dipakai sebagai pengganti korban manusia. Di masa Dinasti Shang, kaum darah biru kerap memerintahkan semoga para budak dan tawanan perang dibunuh secara massal supaya mayat-mayatnya kemudian dikuburkan di tempat pemakaman orang-orang kaya sebagai bab dari persembahan.

Karena tidak semua kalangan darah biru mempunyai uang yang cukup untuk menyediakan budak sebagai persembahan, mereka pun kemudian melirik opsi yang lebih murah sebagai penggantinya. Dan opsi tersebut yaitu dengan mengakibatkan anak anjing sebagai binatang persembahan.

Penggunaan anjing sebagai pengganti insan untuk persembahan di pemakaman tidak lepas dari cara pandang penduduk di masa Dinasti Shang yang memegang prinsip “tak ada rotan, akar pun jadi”. Jika mereka tidak sanggup menyediakan benda persembahan yang sesungguhnya, maka menggunakan benda pengganti pun tidak masalah.

Sebagai contoh, bila seseorang atau suatu golongan tidak sanggup menyiapkan benda-benda yang terbuat dari logam mulia untuk ditaruh di liang kubur, maka ia sanggup menggunakan benda pengganti ibarat miniatur keramik atau pemanis tiruan. Campbell lantas menduga kalau anak anjing dimaksudkan sebagai versi miniatur dari persembahan manusia.

Alasan lain kenapa anak anjing yang dipilih sebagai persembahan pengganti yaitu alasannya anak anjing gampang didapatkan dalam jumlah banyak. Sahabat anehdidunia.com Campbell mencontohkan kalau memelihara 500 ekor anjing saja sudah cukup untuk menyediakan pasokan anak anjing secara berkesinambungan. Dan tidak menutup kemungkinan kalau di masa Dinasti Shang, ada peternakan anjing yang didirikan semata-mata untuk menyediakan anak anjing sebagai korban persembahan.

Dibandingkan dengan anjing yang sudah cukup umur atau binatang persembahan lain, kelebihan anak anjing yaitu binatang ini tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk dibesarkan. Kaprikornus dikala ada konsumen yang meminta dikirimkan belum dewasa anjing berjumlah tertentu, permintaannya sanggup pribadi dipenuhi dalam waktu singkat.

 Anjing kerap dianggap sebagai binatang sahabat insan Ritual Pengorbanan Anjing Dikubur Hidup-Hidup Dinasti Shang

Secara terpisah, Angela Perri yang mendalami ritual penguburan anjing namun tidak terlibat penelitian Campbell memaparkan kalau anak anjing dipilih sebagai binatang persembahan alasannya anak anjing menyimbolkan sifat tidak berdosa dan kekal muda.

Anjing bukan hanya dipersembahkan dengan cara dikubur di pemakaman manusia. Berdasarkan hasil analisa Campbell pada ukiran-ukiran kuno yang dibentuk pada tulang, ia menemukan kalau masyarakat Dinasti Shang juga melaksanakan pengorbanan dengan cara membakar anjingnya. Hal tersebut sekaligus menjelaskan kenapa sisa-sisa fosil anjing yang dikorbankan lewat cara ini masih belum ditemukan sampai sekarang.

Dinasti Shang sendiri diketahui bukanlah satu-satunya peradaban kuno yang mengenal praktik mengorbankan anjing. Bangsa Hittite yang pernah mendiami daerah Turki ribuan tahun yang kemudian diketahui pernah melaksanakan ritual pengorbanan anjing dengan cara memenggal leher anjingnya dan kemudian menaruh kepalanya di antara kedua kaki belakangnya.

Selain bangsa Cina Kuno dan Hittite, bangsa Mesir Kuno juga mengenal ritual pengorbanan anjing. Pasalnya anjing dianggap sebagai penjelmaan dari Anubis, tuhan berkepala anjing yang diyakini menguasai alam setelah kematian. Karena bangsa Mesir Kuno meyakini kalau jiwa suatu makhluk akan lenyap dikala mayatnya hancur, anjing-anjing yang mereka jadikan sebagai persembahan pun diawetkan dulu sebagai mumi sebelum kemudian dipindahkan ke ruang makam.

referensi:
https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-7005517/Dogs-ritually-sacrificed-Chinas-Shang-dynasty-PUPPIES-buried-alive.html
https://www.livescience.com/65425-puppies-sacrificed-shang-dynasty.html
https://www.scientificamerican.com/article/uncovering-the-sacrificial-puppies-of-the-shang-dynasty/?redirect=1
https://www.livescience.com/51232-millions-of-dog-mummies-found.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel